Bangsa Austronesia
memasuki pulau ini dari arah utara kemudian mendirikan pemukiman
komunal rumah panjang. Peperangan antar-klan menyebabkan pemukiman yang
selalu berpindah-pindah. Adat pengayauan yang dibawa dari Formosa (Taiwan)
dan kepercayaan menghormati leluhur dengan tradisi kuburan tempayan
merupakan ciri umum kebiasaan penduduknya. Pulau Kalimantan ini dikenal
di seluruh dunia dengan nama Borneo yaitu sejak abad ke-15 M. Nama
Borneo itu berasal dari nama pohon Borneol (bahasa Latin: Dryobalanops camphora)yang
mengandung (C10H17.OH) terpetin, bahan untuk antiseptik atau
dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu kamper yang banyak
tumbuh di Kalimantan,[1][2]
kemudian oleh para pedagang dari Eropa disebut pulau Borneo atau pulau
penghasil borneol, Kerajaan Brunei yang ketika datangnya bangsa Eropa ke
wilayah Nusantara ini nama Brunei itu dipelatkan oleh lidah mereka
menjadi "Borneo"[rujukan?] dan selanjutnya nama Borneo ini meluas ke seluruh dunia. Nama Pulau ini di identikkan dengan nama Kerajaan Brunei[3]
saat itu (Yaitu oleh para pedagang Arab, Eropa serta China) karena
Kerajaan Brunei pada masa itu merupakan kerajaan yang terbesar di pulau
ini, sehingga para pedagang dari seluruh penjuru dunia yang akan
berkunjung ke Pulau ini yang ditujunya meraka adalah Kerajaan terbesar
dipulau ini saat itu yaitu Kerajaan Brunei, sehingga pulau ini kemudian
disebut Pulau Brunei yang oleh pedagang Eropa kemudian di pelatkan
menjadi "Borneo". Nama Kalimantan dipakai di Kesultanan Banjar kemudian
oleh pemerintah Republik Indonesia dipakai sebagai nama Provinsi Kalimantan.
- 8000 SM : Migrasi manusia pertama memasuki daratan Kalimantan, kelompok ini meneruskan migrasinya ke Papua.
- 2500 SM : Migrasi penutur bahasa Austronesia ke Kalimantan membawa tradisi ngayau.
- 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Kalimantan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar